0 / 0
26,67212/12/2018

Jika Para Nabi Fisiknya Sempurna dan Terjaga Dari Dosa (Maโ€™shum), Maka Bagaimana Dengan Nabi Musa Yang Lisannya Sulit Berucap dan Pernah Membunuh Seseorang Tak Berdosa ?

Pertanyaan: 267767

Saya telah membaca tentang kemaโ€™shuman para Nabi โ€“โ€˜alaihimus salam- dari kelemahan fisik dan akhlak, maka bagaimana dengan Nabi Musa โ€“โ€˜alaihis salam- yang lemah dalam berucap, dan bagaimana seorang Nabi membunuh seseorang yang tidak berdosa ? Apakah hal ini bertentangan dengan kemaโ€™shumannya ?

Teks Jawaban

Puji syukur bagi Allah, dan salam serta berkat atas Rasulullah dan keluarganya.

Pertama:

Allah โ€“โ€˜Azza wa Jalla- telah memuliakan para Rasul-Nya, dan telah menjadikan mereka siap untuk menerima beban risalah dan menyampaikannya, maka Dia telah menyempurnakan fisik dan akhlak mereka, Dia juga telah memilih mereka untuk menyampaikan risalah-Nya dan risalah tersebut pun berada di tangan mereka tidak pada selain mereka:

  ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุญูŽูŠู’ุซู ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู ุฑูุณูŽุงู„ูŽุชูŽู‡ู

 ุงู„ุฃู†ุนุงู…: 124 .

โ€œAllah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulanโ€. (QS. Al Anโ€™am: 124)

Oleh karena itu Allah telah membebaskan Kalimullah Musa dari siksaan Bani Israil, mereka menuduh Nabi Musa mempunyai aib pada fisiknya; karena mereka kalau mandi telanjang sebagian mereka melihat sebagian lainnya, sementara Musa mandi sendiri dengan menutupi auratnya, maka mereka berkata:

  ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู†ูŽุนู ู…ููˆุณูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุบู’ุชูŽุณูู„ูŽ ู…ูŽุนูŽู†ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุขุฏูŽุฑู ููŽุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ู…ูŽุฑู‘ูŽุฉู‹ ูŠูŽุบู’ุชูŽุณูู„ู ููŽูˆูŽุถูŽุนูŽ ุซูŽูˆู’ุจูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุญูŽุฌูŽุฑู ููŽููŽุฑู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูŽุฌูŽุฑู ุจูุซูŽูˆู’ุจูู‡ู ููŽุฎูŽุฑูŽุฌูŽ ู…ููˆุณูŽู‰ ูููŠ ุฅูุซู’ุฑูู‡ู ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุซูŽูˆู’ุจููŠ ูŠูŽุง ุญูŽุฌูŽุฑู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ู†ูŽุธูŽุฑูŽุชู’ ุจูŽู†ููˆ ุฅูุณู’ุฑูŽุงุฆููŠู„ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ู…ููˆุณูŽู‰ ููŽู‚ูŽุงู„ููˆุง ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุง ุจูู…ููˆุณูŽู‰ ู…ูู†ู’ ุจูŽุฃู’ุณู ูˆูŽุฃูŽุฎูŽุฐูŽ ุซูŽูˆู’ุจูŽู‡ู ููŽุทูŽููู‚ูŽ ุจูุงู„ู’ุญูŽุฌูŽุฑู ุถูŽุฑู’ุจู‹ุง  

ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ (278) ูˆู…ุณู„ู… (339(

โ€œDemi Allah, tidak ada yang menghalangi Musa untuk mandi bersama kami, kecuali karena buah zakarnya membesar, maka suatu ketika pada saat beliau mandi dan meletakkan pakaiannya di atas batu, lalu batu itu bergerak membawa pakaiannya, Nabi Musa pun mengejarnya dan berkata: โ€œPakaian ku wahai batuโ€, sampai Bani Israil melihat Nabi Musa dan berkata: โ€œDemi Allah, (fisik) Musa tidak ada masalah, beliau pun mengambil pakaiannya dan memukul batu tersebutโ€. (HR. Bukhori: 278 dan Muslim: 339)

Ibnu Hajar Al Asqalani berkata setelah disebutkan hadits tersebut:

โ€œHadits tersebut menunjukkan bahwa para Nabi pada fisik dan akhlak mereka sangat sempurna dan barang siapa yang menisbatkan seorang Nabi dari para Nabi yang ada terdapat kekurangan pada fisiknya maka ia telah menyakitinya, dan dikhawatirkan pelakunya akan menjadi kafirโ€. (Fathul Baari: 6/438)

Kedua:

Kesulitan berucap pada lisan Nabi Musa โ€“โ€˜alaihis salam- tidak termasuk aib sejak awal, yang dikenal bahwa kekurangan tersebut bersifat baru; karena bara api yang telah ia letakkan di mulutnya semasa kecilnya, sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama tafsir.

Beberapa bentuk cedera dikemudian hari juga menimpa para Nabi sama halnya juga menimpa selain mereka. Dimana mereka juga terkadang tersakiti, terkena (luka), sehingga menyebabkan ada kekurangan fisik yang ada, sebagaimana juga telah terjadi kepada Nabi Muhammad โ€“shallallahu โ€˜alaihi wa sallam- bahwa keempat gigi depan beliau patah pada saat perang Uhud.

Namun demikian cacat fisik yang bersifat baru ini tidak mempengaruhi untuk menyampaikan risalah, Nabi Musa telah memohon kepada Allah agar menyembuhkan kesulitan berucap beliau:

  ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุจู‘ู ุงุดู’ุฑูŽุญู’ ู„ููŠ ุตูŽุฏู’ุฑููŠ* ูˆูŽูŠูŽุณู‘ูุฑู’ ู„ููŠ ุฃูŽู…ู’ุฑููŠ* ูˆูŽุงุญู’ู„ูู„ู’ ุนูู‚ู’ุฏูŽุฉู‹ ู…ู‘ูู† ู„ู‘ูุณูŽุงู†ููŠ* ูŠูŽูู’ู‚ูŽู‡ููˆุง ู‚ูŽูˆู’ู„ููŠ

 โ€œBerkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataankuโ€. (QS. Thaha: 25-28)

Dan Allah โ€“subhanah- telah mengabulkan doa beliau:

  ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฃููˆุชููŠุชูŽ ุณูุคู’ู„ูŽูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ููˆุณูŽู‰

 ุทู‡  36 .

โ€œAllah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa." (QS. Thaha: 36)

Ibnu Katsir pada saat mentafsiri firman Allah tentang Firโ€™aun yang telah berkata:

( ุฃูŽู…ู’ ุฃูŽู†ูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ู‡ููˆูŽ ู…ูŽู‡ููŠู†ูŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽูƒูŽุงุฏู ูŠูุจููŠู†ู : " ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู: (ูˆูŽู„ุง ูŠูŽูƒูŽุงุฏู ูŠูุจููŠู†ู) ุงูู’ุชูุฑูŽุงุกูŒ ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุงุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุตูŽุงุจูŽ ู„ูุณูŽุงู†ูŽู‡ู ูููŠ ุญูŽุงู„ู ุตูุบูŽุฑูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ู…ูู†ู’ ุฌูู‡ูŽุฉู ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู…ู’ุฑูŽุฉูุŒ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุณูŽุฃูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽุŒ ุนูŽุฒู‘ูŽ ูˆูŽุฌูŽู„ู‘ูŽุŒ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญูู„ู‘ูŽ ุนูู‚ู’ุฏูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ู„ูุณูŽุงู†ูู‡ู ู„ููŠูŽูู’ู‚ูŽู‡ููˆุง ู‚ูŽูˆู’ู„ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู‚ูŽุฏู ุงุณู’ุชูŽุฌูŽุงุจูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽู‡ู ูููŠ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูููŠ ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู: (ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฃููˆุชููŠุชูŽ ุณูุคู’ู„ูŽูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ููˆุณูŽู‰)

" ุงู†ุชู‡ู‰ ู…ู† ุชูุณูŠุฑ ุงุจู† ูƒุซูŠุฑ (7/232)

โ€œBukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?โ€. Firman Allah:  (ูˆูŽู„ุง ูŠูŽูƒูŽุงุฏู ูŠูุจููŠู†ู)  adalah kedustaan juga, bahwa meskipun pada masa kecilnya lisan beliau terkena bara api, beliau sudah memohon kepada Allah โ€“โ€˜Azza wa Jalla- agar melepaskan kekakuan pada lidahnya supaya mereka memahami ucapannya, Allah juga telah mengijabah doa beliau dalam firman-Nya: โ€œAllah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa." (Tafsir Ibnu Katsir: 7/232)

Maka menjadi jelas bahwa apa yang telah menimpa lidah Nabi Musa -โ€˜alaihis salam- tidak ada pengaruhnya untuk menyampaikan risalahnya sesuai dengan yang telah digariskan, hal itu bukan termasuk aib bagi Nabi Musa -โ€˜alaihis salam-, tidak ada aib yang menyebabkan beliau dijauhi, juga tidak mengurangi rasa hormatnya -โ€˜alaihis salam- ; kecuali dilihat dari sisi kedustaan dan kebohongan yang dilakukan oleh Firโ€™aun yang terlaknat.

Kedua:

Para Nabi adalah manusia-manusia pilihan, mereka adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah โ€“โ€˜Taโ€™ala- mereka telah dijaga dari dosa besar yang tidak bersumber dari mereka selamanya, mereka maโ€™shum dari dosa besar, baik sebelum diangkat menjadi Rasul atau setelahnya.

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah berkata di dalam Majmuโ€™ Fatawa (4/319):

โ€œPendapat bahwa para Nabi maโ€™shum (terjaga) dari dosa-dosa besar namun tidak untuk dosa kecil adalah pendapat mayoritas para ulama dan semua kelompok. Pendapat tersebut adalah pendapat mayoritas dari para ahli tafsir, hadits dan fikih. Bahkan tidak dinukil dari para generasi salaf, para imam, para sahabat, para tabiin dan yang mengikuti mereka, kecuali mereka menyepakai pendapat iniโ€. Selesai.

Adapun dosa-dosa kecil bisa jadi mereka pernah melakukannya atau oleh sebagian dari mereka; oleh karenanya banyak para ulama yang berpendapat bahwa mereka tidak maโ€™shum dari dosa kecil. Jika mereka melakukannya dan tidak mengakuinya, maka Allah โ€“Tabaraka wa Taโ€™ala- yang memperingatkan mereka supaya mereka bersegera untuk bertaubat.

Baca juga jawaban soal nomor: 248875

Di antara contohnya adalah Nabi Musa โ€“โ€˜alaihis salam- pernah membunuh seorang Qibti yang tidak bersalah dengan tidak sengaja. Dimana yang mendorongnya melakukan hal itu adalah untuk menolong orang yang dizholimi; karena orang-orang Qibti telah memperbudak Bani Israil dan melampaui batas-batas kewajaran.

Al Qurtubi berkata:

โ€œSungguh Musa membantunya karena menolong orang yang dizholimi bagian dari agama menurut semua agama semua umat, dan merupakan sebuah kewajiban dalam semua syariโ€™at. Qatadah berkata: โ€œSeorang Qibti ingin menyuruh seorang bani Israil untuk membawa kayu bakar untuk keperluan dapurnya Firโ€™aun, ia pun menolaknya, lalu ia pun meminta bantuan kepada Musaโ€.

Qurtubi juga berkata pada saat mentafsiri firman Allah:

ู‚ุงู„ูŽ ุฑูŽุจู‘ู ุฅูู†ู‘ููŠ ุธูŽู„ูŽู…ู’ุชู ู†ูŽูู’ุณููŠ ููŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ููŠ ููŽุบูŽููŽุฑูŽ ู„ูŽู‡ู

โ€œMusa berdo`a: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninyaโ€. (QS. Al Qashash: 16)

โ€œNabi Musa -โ€˜alaihis salam- pun menyesal atas pukulannya yang menyebabkannya meninggal dunia, penyesalannya membawanya untuk tunduk kepada Tuhannya dan beristighfar dari dosanyaโ€ฆโ€.

Pembunuhannya tersebut adalah karena tersalah (tidak sengaja), dimana pada umumnya pukulan dan tinju tidak sampai membunuh.

Muslim telah meriwayatkan dari Salim bin Abdullah bahwa ia berkata:

โ€œWahai penduduk Irak, saya tidak bertanya tentang dosa kecil, namun kamu semua melakukan dosa besar !, aku telah mendengar ayahku Abdullah bin Umar berkata: โ€œAku telah mendengar Rasulullah โ€“shallallahu โ€˜alaihi wa sallam- bersabda:

   ุฅู† ุงู„ูุชู†ุฉ ุชุฌุฆ ู…ู† ู‡ุง ู‡ู†ุง- ูˆูŽุฃูŽูˆู’ู…ูŽุฃูŽ ุจููŠูŽุฏูู‡ู ู†ูŽุญู’ูˆูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุดู’ุฑูู‚ู- ู…ูู†ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ูŠูŽุทู’ู„ูุนู ู‚ูŽุฑู’ู†ูŽุง ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุทูŽุงู†ู ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูู…ู’ ุจูŽุนู’ุถููƒูู…ู’ ูŠูŽุถู’ุฑูุจู ุฑูู‚ูŽุงุจูŽ ุจูŽุนู’ุถู ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู‚ูŽุชูŽู„ูŽ ู…ููˆุณูŽู‰ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ู‚ูŽุชูŽู„ูŽ ู…ูู†ู’ ุขู„ู ููุฑู’ุนูŽูˆู’ู†ูŽ ุฎูŽุทูŽุฃู‹ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽุฒู‘ูŽ ูˆูŽุฌูŽู„ู‘ูŽ: ( ูˆูŽู‚ูŽุชูŽู„ู’ุชูŽ ู†ูŽูู’ุณุงู‹ ููŽู†ูŽุฌู‘ูŽูŠู’ู†ุงูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽู…ู‘ู ูˆูŽููŽุชูŽู†ู‘ูŽุงูƒูŽ ููุชููˆู†ุงู‹)

" ุงู†ุชู‡ู‰ ู…ุฎุชุตุฑุง ู…ู† "ุชูุณูŠุฑ ุงู„ู‚ุฑุทุจูŠ" (13/261(

โ€œSungguh fitnah itu akan datang dari sini โ€“beliau menunjuk dengan jarinya ke arah timur- dari tempat terbitnya kedua tanduk syetan, dan sebagian kalian akan membunuh sebagian lainnya, dan Musa yang telah membunuh seseorang dari kerabat Firโ€™aun karena tersalah (tidak sengaja), maka Allah โ€“โ€˜azza wa jalla- berfirman:

 ูˆูŽู‚ูŽุชูŽู„ู’ุชูŽ ู†ูŽูู’ุณุงู‹ ููŽู†ูŽุฌู‘ูŽูŠู’ู†ุงูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽู…ู‘ู ูˆูŽููŽุชูŽู†ู‘ูŽุงูƒูŽ ููุชููˆู†ุงู‹ 

โ€œDan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaanโ€. (QS. Thaha: 40)

(Mukhtashar Tafsir Al Qurtubi: 13/261)

Al โ€˜Astholani berkata:

โ€œKemaโ€™shuman beliau tidak cacat karena beliau berbuat kesalahan, dimana dalam ayat (Qurโ€™an) dianggap termasuk perbuatan syetan yang dinamakan kezholiman, karenanya beliau beristighfar. Dan sudah menjadi kebiasaannya menganggap besar dosa kecil yang dilakukannya.โ€. (Irsyad As Saari: 7/206)

Lebih dari itu kami berpendapat, sungguh pembunuhan kepada seorang Qibti tersebut, dimana dia juga memunyai andil menjadi penyebabnya, dan pembunuhan tersebut adalah pembunuhan yang tersalah (tidak sengaja), Musa juga tidak berniat untuk membunuhnya. Semua itu terjadi sebelum Musa โ€“โ€˜alaihis salam- diangkat menjadi seorang Nabi. Para Nabi tidak maโ€™shum dari kesalahan sebelum kenabian mereka, apalagi secara niat beliau masih benar dan adanya pemicu peristiwa.

Syeikh Islam Ibnu Taimiyah โ€“rahimahullah- berkata:

โ€œSaya tidak mengetahui bahwa Bani Israil telah menganggap cacat seorang Nabi dari para Nabi yang ada kerena taubat pada satu masalah tertentu, akan tetapi mereka menganggap cacat para Nabi dengan mendustakan mereka sebagaimana mereka telah menyakiti Nabi Musa โ€˜alaihis salam, padahal Nabi Musa telah membunuh Qibti sebelum masa kenabiannya dan telah bertaubat setelah meminta untuk dapat melihat Allah dan lainnya setelah kenabiannya. Dan saya tidak mengetahui seorang pun dari Bani Israil menganggap cacat dalam masalah iniโ€. (Manahijus Sunnah An Nabawiyah: 2/409)

Wallahu Aโ€™lam

Refrensi:ย 

Soal Jawab Tentang Islam

at email

Langganan Layanan Surat

Ikut Dalam Daftar Berlangganan Email Agar Sampai Kepada Anda Berita Baru

phone

Aplikasi Islam Soal Jawab

Akses lebih cepat ke konten dan kemampuan menjelajah tanpa internet

download iosdownload android